Beranda

RESEARCH

Company Update

16 Februari 2017

Fixed Income Notes 16 Februari 2017

  • Jelang libur nasional dalam rangka Pemilihan Umum Kepala Daerah, imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 14 Februari 2017 kembali bergerak bervariasi.
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 7 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor pendek yang cenderung bergerak dengan mengalami penurunan, sementara itu pada tenor menengah dan panjang lebih banyak mengalami kenaikan. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1 - 4 tahun) cenderung bergerak dengan mengalami penurunan dengan perubahan yang berkisar antara 1 - 7 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 8 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 15 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) juga mengalami perubahan berkisar antara 1 - 3 bps yang didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 30 bps.
  • Meskipun bergerak cukup bervariasi, perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Selasa kemairn lebih cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan imbal hasil tersebut turut dipengaruhi oleh aksi ambil untung oleh investor jelang libur nasional dalam rangka pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dari 101 wilayah yang terdiri atas 7 provinsi, 18 kota dan 76 kabupaten di seluruh Indonesia.
  • Selain itu, pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan juga dipengaruhi pergerakan imbal hasil surat utang global yang juga bergerak dengan mengalami kenaikan di tengah pelaku pasar global yang mencermati data ekonomi Amerika serta jelang pidato Gubernur Bank Sentral Amerika di depan kongres.
  • Kondisi di pasar sekunder tersebut juga berdampak terhadap pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Pada lelang kemarin, total penawaran yang masuk senilai Rp31,85 triliun dengan jumlah yang dimenangkan senilai Rp18,43 triliun. Jumlah penawaran yang masuk mengalami penurunan dibandingkan dengan lelang sebelumnya yang senilai Rp49,44 triliun begitu pula dengan jumlah yang dimenangkan meskipun masih di atas target indikatif penerbitan oleh pemerintah yang senilai Rp15 triliun.
  • Sehingga secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Selasa telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun sebesar 1 bps masing - masing di level 7,158% dan 7,515%. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 7,859% dan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 8,087%.
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya justru terlihat mengalami penurunan, dimana penurunan imbal hasil tersebut terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 2,456% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 terlihat mengalami penurunan masing - masing sebesar 3 bps di level 3,900% dan 4,813%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di hari Selasa, mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya seiring dengan pelaksanaan lelang, yaitu senilai Rp12,52 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,46 triliun. Surat Perbendaharaan Negara Seri SPN12180201 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,85 triliun dari 23 kali transaksi di harga rata - rata 94,58% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp2,61 triliun dari 132 kali transaksi di harga rata - rata 96,18%.
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp921,15 miliar dari 34 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Astra Sedaya Finance Tahap II Tahun 2016 Seri B (ASDF03BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp270 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 99,28% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I OCBC NISP Tahap II Tahun 2015 Seri C (NISP01CCN2) senilai Rp140 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 102,40%.
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah terbatas sebesar 6,00 pts (0,05%) pada level 13330,00 per dollar Amerika setelah bergerak dalam rentang 13305,00 hingga 13335,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi di tengah mata uang regional yang justru bergerak dengan mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika pada perdagangan di hari Selasa, dengan diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) dan Dollar Singapura (SGD).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan berpeluang untuk mengalami pelemahan setelah imbal hasil surat utang global yang beregrak dengan mengalami kenaikan di tengah spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika akan dilakukan lebih cepat dari yang diperkirakan.
  • Kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (FED Fund Rate/FFR) diperkirakan akan naik di bulan Maret 2017 sebagai respon atas menguatnya data inflasi di bulan Januari 2017 serta pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika yang disampaikan di hadapan kongres pada hari Selasa, dimana Janet Yellen menyatakan bahwa Bank Sentral Amerika masih akan tergantung pada perkembangan data ekonomi Amerika sebelum memutuskan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika.
  • Spekualasi kenaikan FFR menguat setelah data inflasi di bulan Januari 2017 naik sebesar 0,6% (MoM) serta sebesar 2,5% (YoY) di atas ekspektasi analis yang sebesar 0,3% (MoM) di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan inflasi tahunan yang sebesar 2,5% di atas target Bank Sentral Amerika yang sebesar 2,0% akan meningkatkan peluang terjadinya kenaikan FFR dimana jadwal terdekat dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika adalah di bulan Maret (14 - 15).
  • Spekulasi kenaikan FFR di tengah kenaikan laju inflasi Amerika telah mendorong kenaikan US Treasury dengan tenor 10 tahun menembus level 2,50% yaitu pada kisaran 2,508% begitu pula imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga mengalami kenaikan masing - masing di level 0,379% dan 1,304%.
  • Adapun dari faktor domestik, investor masih akan hasil dari pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan berakhir pada tanggal 16 Februari 2017, dimana analis memperkirakan bahwa Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% yang akan diikuti oleh data neraca perdagangan di bulan Januari 2017 dan statistik Utang Luar Negeri (ULN) untuk periode Desember 2016 di hari Jum'at, 17 Februari 2017.
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area konsolidasi, sehingga pergerakan harga masih akan cenderung bergerak mendatar (sideways) meskipun akan terbuka mengalami koreksi yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.
  • Rekomendasi : Dengan beberapa kondisi tersebut, kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakam harga Surat Utang Negara. Hingga pelaksanan FOMC Meeting di bulan Maret 2017, kami perkirakan pasar akan cenderung bergerak berfluktuasi sehingga kami menyarankan strategi trading guna  mengoptimalkan portofolio investasi dengan pilihan masih pada seri FR0066, FR0032, FR0069, FR0036, ORI013, FR0053 dan FR0070.
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp18,43 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03170515 (New Issuance), SPN12180201 (Reopening), FR0059 (Reopening), FR0074 (Reopening), dan FR0072 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 14 Februari 2017.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group